Budaya Jepang yang Masih Ada Hingga Sekarang

BUDAYA JEPANG YANG MASIH ADA HINGGA SEKARANG

Budaya Jepang Geisha: Seniman-Penghibur Tradisional Jepang

Geisha adalah salah satu budaya Jepang yang paling terkenal. Orang-orang yang baru mengenal Jepang mungkin menganggap Geisha sebagai sosok “makhluk misterius” dan budaya dan profesi tradisional Jepang yang kerap disalahartikan.

Arti Geisha

Geisha adalah aktivis seni tradisional Jepang. Istilah ini berarti “orang seni” atau orang yang mahir dalam seni tradisional Jepang, seperti menari, menyanyi, musik, dan upacara minum teh.

Awal Mula Budaya Jepang Geisha

Pada awalnya, pria menjadi Geisha, tetapi beberapa pria akhirnya meninggalkan tradisi ini, sehingga wanita akhirnya menggantikan mereka. Geisha telah ada sejak abad 18-an dan 19-an dan masih sangat terkenal hingga hari ini. Sayangnya, kebudayaan Jepang ini semakin berkurangan di zaman modern, meskipun masih ada beberapa orang Jepang yang tetap mempertahankan Geisha.

Istilah Lain dari Geisha

Ada sebutan lain untuk Geisha, Maiko dan Geiko. Istilah Maiko hanya digunakan di Kyoto, sementara Geiko hanyalah sebutan lain, karena Maiko adalah sebutan pertama untuk Geisha.

Cara Menjadi Geisha

Budaya Jepang tradisional ini, biasanya diajarkan dan dilatih sejak usia muda. Selain itu, gadis-gadis dari keluarga miskin biasanya dibawa ke rumah geisha untuk menetap dan berlatih. Okiya adalah nama rumah Geisha. Geisha pemula, atau Maiko, awalnya bekerja sebagai pembantu, kemudian berkembang menjadi pembantu senior dan membantu pemilik rumah dengan pendidikan mereka serta biaya hidup mereka. Bahkan saat ini, budaya pelatihan Geisha masih ada di Jepang.

Budaya Jepang Matsuri: Festival

Matsuri adalah festival budaya Jepang yang diadakan pada musim panas. Budaya ini berkaitan dengan festival kuil Buddha dan Shinto. Matsuri sebenarnya adalah acara untuk berdoa dan bersembahyang. Sebenarnya, itu tidak berfokus pada wisatawan. Ini karena banyak orang yang hanya datang untuk melihat festival budaya Matsuri.

Arti Kata Matsuri

Matsuri sendiri berasal dari kata matsuru, yang artinya menyembah atau memuja, sehingga Matsuri berarti penyembahan atau pemujaan pada Kami. Dalam ajaran Shinto, matsuri terdiri dari empat komponen: harai atau penyucian, persembahan, norito, atau pembacaan doa, dan pesta makan.

Awal Mula Budaya Jepang Matsuri

Matsuri ini dimulai dengan pendeta Shinto membaca doa untuk individu atau kelompok di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain.

Tujuan Matsuri

Matsuri diselenggarakan untuk mendoakan keberhasilan panen, kesuksesan bisnis, kesembuhan dari penyakit, dan hal-hal lainnya. Selain itu, Matsuri sendiri juga diselenggarakan sebagai perayaan tradisi yang berkaitan dengan peralihan musim atau untuk mendoakan arwah figur terkenal.

Seiring berlalunya waktu, penyelenggaraan Matsuri ini sering menyimpang dari tujuan hingga niat sebenarnya. Meskipun demikian, aspek budaya Jepang yang tradisional ini masih ada.

Budaya Jepang Sadou: Upacara Minum Teh

Dua jenis upacara teh Sadou adalah Ochakai dan Chaji. Ochakai biasanya mengundang teman dan keluarga untuk melakukannya sebagai bentuk perayaan keberhasilan atau sesuatu. Kemudian, Chaji adalah upacara minum teh yang formal serta sakral, yang dapat berlangsung lebih dari empat jam.

Awal Mula Sadou

Pada awalnya, upacara minum teh berasal dari agama Buddha (Zen) yang dibawa orang Tiongkok pada abad ke-6. Kemudian, orang Jepang melakukannya dengan sering sampai abad ke-12, ketika ditemukan jenis teh baru yang disebut Matcha, yang terbuat dari serbuk teh hijau

Sadou yang Terus Menyebar

Upacara minum teh terus menyebar ke seluruh masyarakat Jepang hingga akhir abad ke-16 dan tetap menjadi budaya Jepang hingga hari ini. Orang Jepang sangat bangga dengan upaya mereka untuk melestarikan budaya ini di tingkat internasional.

Aturan Melakukan Sadou

Ada aturan untuk melakukan sadou atau upacara minum teh ini. Tuan rumah harus melakukan persiapan, termasuk menata ruangan, mendekorasi, dan menyiapkan peralatan Sadou-nya. Para tamu juga harus memiliki tata caranya sendiri sebelum diperkenankan memasuki ruangan yang telah disediakan oleh tuan rumah. Ada juga aturan duduk, serta prosedur untuk menerima serta menyerahkan mangkuk tehnya.

Tujuan Sadou

Di balik itu semua, Sadou, juga dikenal sebagai upacara minum teh, memiliki banyak makna kehidupan, seperti sikap saling menghargai dan menghormati antara tuan rumah dan tamu. Dengan demikian, upacara Jepang ini secara tidak langsung menunjukkan sifat tuan rumah yang ingin menjaga ketenteraman antara satu sama lain.